Fathimah az-zahra rha dan Gilingan Gandum

Fathimah az-zahra rha dan Gilingan Gandum

Suatu hari masuklah Rasulullah SAW menemui anandanya Fathimah az-zahra rha. Didapatinya 
anandanya sedang menggiling syair (sejenis padi-padian) dengan menggunakan sebuah penggilingan tangan
dari batu sambil menangis. Rasulullah SAW bertanya pada anandanya, 

"apa yang menyebabkan engkau menangis wahai Fathimah?, semoga Allah SWT tidak menyebabkan matamu
menangis". Fathimah rha. berkata, "ayahanda, penggilingan dan urusan-urusan rumahtanggalah yang
menyebabkan ananda menangis". 

Lalu duduklah Rasulullah SAW di sisi anandanya. Fathimah rha. melanjutkan perkataannya,
"ayahanda sudikah kiranya ayahanda meminta 'aliy (suaminya) mencarikan ananda seorang jariah untuk 
menolong ananda menggiling gandum dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan di rumah". 

Mendengar perkataan anandanya ini maka bangunlah Rasulullah SAW mendekati penggilingan
itu. Beliau mengambil syair dengan tangannya yang diberkati lagi mulia dan diletakkannya di dalam 
penggilingan tangan itu seraya diucapkannya "Bismillaahirrahmaanirrahiim". 

Penggilingan tersebut berputar dengan sendirinya dengan izin Allah SWT. Rasulullah SAW
meletakkan syair ke dalam penggilingan tangan itu untuk anandanya dengan tangannya sedangkan 
penggilingan itu berputar dengan sendirinya seraya bertasbih kepada Allah SWT dalam berbagai bahasa 
sehingga habislah butir-butir syair itu digilingnya. 

Rasulullah SAW berkata kepada gilingan tersebut, "berhentilah berputar dengan izin 
Allah SWT", maka penggilingan itu berhenti berputar lalu penggilingan itu berkata-kata dengan izin 
Allah SWT yang berkuasa menjadikan segala sesuatu dapat bertutur kata. Maka katanya dalam bahasa 
Arab yang fasih, "ya Rasulullah SAW, demi Allah Tuhan yang telah menjadikan baginda dengan 
kebenaran sebagai Nabi dan Rasul-Nya, kalaulah baginda menyuruh hamba menggiling syair dari Masyriq 
dan Maghrib pun niscaya hamba gilingkan semuanya. Sesungguhnya hamba telah mendengar dalam kitab 
Allah SWT suatu ayat yang berbunyi : (artinya) 

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya 
adalah manusia dan batu; penjaganya para malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah 
terhadap apa yang dititahkan-Nya kepada mereka dan mereka mengerjakan apa yang dititahkan". 


Maka hamba takut, ya Rasulullah kelak hamba menjadi batu yang masuk ke dalam neraka. 
Rasulullah SAW kemudian bersabda kepada batu penggilingan itu, "bergembiralah karena engkau adalah 
salah satu dari batu mahligai Fathimah az-zahra di dalam sorga". Maka bergembiralah penggilingan batu 
itu mendengar berita itu kemudian diamlah ia. 

Rasulullah SAW bersabda kepada anandanya, "jika Allah SWT menghendaki wahai Fathimah, niscaya 
penggilingan itu berputar dengan sendirinya untukmu. Akan tetapi Allah SWT menghendaki dituliskan-Nya
untukmu beberapa kebaikan dan dihapuskan oleh Nya beberapa kesalahanmu dan diangkat-Nya untukmu 
beberapa derajat. Ya Fathimah, perempuan mana yang menggiling tepung untuk suaminya dan anak-anaknya,
maka Allah SWT menuliskan untuknya dari setiap biji gandum yang digilingnya suatu kebaikan dan 
mengangkatnya satu derajat. 

Ya Fathimah perempuan mana yang berkeringat ketika ia menggiling gandum untuk suaminya maka 
Allah SWT menjadikan antara dirinya dan neraka tujuh buah parit. Ya Fathimah, perempuan mana yang 
meminyaki rambut anak-anaknya dan menyisir rambut mereka dan mencuci pakaian mereka maka 
Allah SWT akan mencatatkan baginya ganjaran pahala orang yang memberi makan kepada seribu orang 
yang lapar dan memberi pakaian kepada seribu orang yang bertelanjang. Ya Fathimah, perempuan mana 
yang menghalangi hajat tetangga-tetangganya maka Allah SWT akan menghalanginya dari meminum air
telaga Kautshar pada hari kiamat. 

Ya Fathimah, yang lebih utama dari itu semua adalah keridhaan suami terhadap istrinya. Jikalau suamimu 
tidak ridha denganmu tidaklah akan aku do'akan kamu. Tidaklah engkau ketahui wahai Fathimah bahwa
ridha suami itu daripada Allah SWT dan kemarahannya itu dari kemarahan Allah SWT?. Ya Fathimah,
 apabil seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya maka beristighfarlah para malaikat 
untuknya dan Allah SWT akan mencatatkan baginya tiap-tiap hari seribu kebaikan dan menghapuskan 
darinya seribu kejahatan. 

Apabila ia mulai sakit hendak melahirkan maka Allah SWT mencatatkan untuknya pahala orang-orang yang
 berjihad pada jalan Allah yakni berperang sabil. Apabila ia melahirkan anak maka keluarlah ia dari 
dosa-dosanya seperti keadaannya pada hari ibunya melahirkannya dan apabila ia meninggal tiadalah ia 
meninggalkan dunia ini dalam keadaan berdosa sedikitpun, dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah
taman dari taman-taman sorga, dan Allah SWT akan mengkaruniakannya pahala seribu haji dan seribu
umrah serta beristighfarlah untuknya seribu malaikat hingga hari kiamat. 

Perempuan mana yang melayani suaminya dalam sehari semalam dengan baik hati dan ikhlas serta niat yang 
benar maka Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya semua dan Allah SWT akan memakaikannya 
sepersalinan pakaian yang hijau dan dicatatkan untuknya dari setiap helai bulu dan rambut yang ada pada 
tubuhnya seribu kebaikan dan dikaruniakan Allah untuknya seribu pahala haji dan umrah. Ya Fathimah, 
perempuan mana yang tersenyum dihadapan suaminya maka Allah SWT akan memandangnya dengan 
pandangan rahmat. Ya Fathimah perempuan mana yang menghamparkan hamparan atau tempat untuk 
berbaring atau menata rumah untuk suaminya dengan baik hati maka berserulah untuknya penyeru dari

 langit (malaikat), "teruskanlah 'amalmu maka Allah SWT telah mengampunimu akan sesuatu yang telah
lalu dari dosamu dan sesuatu yang akan datang". Ya Fathimah, perempuan mana yang meminyak-kan 
rambut suaminya dan janggutnya dan memotongkan kumisnya serta menggunting kukunya maka Allah SWT
akan memberinya minuman dari sungai-sungai sorga dan Allah SWT akan meringankan sakarotulmaut-nya, 
dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman dari taman-taman sorga seta Allah SWT akan 
menyelamatkannya dari api neraka dan selamatlah ia melintas di atas titian Shirat".

Menguap Dalam Islam

Sobat-sobat, ternyata menguap itu tidak diperbolehkan dalam islam. Jika bersin kita harus mengucapkan "Alhamdulillah" karena bersin itu datangnya dari Allah swt., sedangkan menguap datangya dari syaitan.
Telah diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi saw. beliau bersabda, "Sesungguhnya ALlah menyukai bersin dan membenci menguap. Jika seseorang bersin dan mengucapkan alhamdulillah, maka bagi semua muslim yang mendengar hendaknya mengucapkan tasymit (ucapan yarhamukallah). Adapun menguap berasal dari syaitan. Oleh karena itu hendaklah dilawan semampunya dan jika ia katakan, 'aah', maka syaitan pun tertawa," (HR Bukhari [6223]).
Diriwayatkan dari Abu Sa'id al-Khudri r.a, ia berkata, "Rasulullah saw. pernah bersabda, 'Jika salah seorang dari kalian menguap maka hendaklah ia menahan mulutnya dengan tangannya, sebab syaitan akan masuk'," (HR Muslim [2995]).

Jadi semua menguap itu berasal dari syaitan dan siapa saja yang menguap hendaknya ia menlawan semampunya. Syaitan sangat ingin menguasai manusia agar manusia menjadi makhluk yang malas dan tidak bersemangat dalam beribadah kepada Allah swt. 

Maka daripada itu, mulai sekarang jangan pernah lagi untuk menguap karena syaitan akan tertawa melihat manusia yang menguap. 

NABI IDRIS DAN PEDOMAN HIDUP

            NABI IDRIS DAN PEDOMAN HIDUP


    Nabi Idris a.s adalah keturunan keenam Nabi Adam, putera dari Yazid bin Mihla'iel bin
Qoinan bin Anusy bin Syith bin Adam a.s dan dia adalah keturunan pertama yang dikurniakan kenabian
setelah Adam dan Syith.

Nabi Idris a.s mengikut sementara riwayat bermukim di Mesir, di mana ia berdakwah untuk agama
Allah mengajarkan tauhid dan beribadah menyembah Allah serta memberi beberapa pedoman hidup bagi
pengikut-pengikut agar menyelamatkan diri dari siksaan di akhirat dan kehancuran serta kebinasaan di
dunia. Ia hidup sampai berusia 82 tahun.


Di antara beberapa nasihat dan kata-kata mutiaranya ialah :-

1. Kesabaran yang disertai iman kepada Allah memebawa kemenangan.

2. Orang yang bahagia adalah orang yang merendah diri dan mengharapkan syafaat dari Tuhannya dengan
     amal-amal solehnya.

3. Bila kamu memohon sesuatu daripada Allah dan berdoa, maka ikhlaskanlah niatmu. Demikian pula puasa
    dan sembahnyangmu.

4. Janganlah bersumpah dengan keadaan kamu berdusta dan janganlah menuntut sumpah dari orang yang
   berdusta agar kamu tidak menyekutui mereka dalam dosa.

5. Bertaatlah kepada raja-rajamu dan tunduklah kepada pembesar-pembesarmu serta penuhilah selalu
    mulut-mulutmu dengan ucapan syukur dan puji kepada Allah.

6. Janganlah mengiri orang yang mujur nasibnya kerana mereka tidak akan banyak dan lama menikmati
    kemujuran nasibnya.
7. Barangsiapa melampaui kesederhanaan, tidak suatupun akan memuaskannya.

8. Tanpa membahagi-bahagikan nikmat yang diperolehi, seseorang tidak dapat bersyukur kepada Allah
    atau nikmat-nikmat yang diperolehinya itu.

GUNUNG MENANGIS TAKUT TERGOLONG BATU API NERAKA

       GUNUNG MENANGIS TAKUT TERGOLONG BATU API NERAKA

             Pada suatu hari Uqa'il bin Abi Thalib telah pergi bersama-sama dengan Nabi Muhammad S.A.W.
 Pada waktu itu Uqa'il telah melihat berita ajaib yang menjadikan tetapi hatinya tetap bertambah kuat di
 dalam Islam dengan sebab tiga perkara tersebut. Peristiwa pertama adalah, bahawa Rasulullah S.A.W
akan mendatangi hajat yakni mebuang air besar dan di hadapannya terdapat beberapa batang pohon.

 Maka baginda S.A.W berkata kepada Uqa'il, "Hai Uqa'il teruslah engkau berjalan sampai ke pohon itu,
dan katalah kepadanya, bahawa sesungguhnya Rasulullah berkata; Agar kamu semua datang kepadanya
untuk menjadi aling-aling atau penutup baginya, kerana sesungguhnya baginda akan mengambil air wuduk
dan buang air besar."

Uqa'il pun keluar dan pergi mendapatkan pohon-pohon itu dan sebelum dia menyelesaikan tugas itu
ternyata pohon-pohon suda tumbang dari akarnya serta sudah mengelilingi di sekitar baginda S.A.W
selesai dari hajatnya. Maka Uqa'il kembali ke tempat pohon-pohon itu.

Peristiwa kedua adalah, bahawa Uqa'il berasa haus dan setelah mencari air ke mana pun jua namun tidak
ditemui. Maka baginda S.A.W berkata kepada Uqa'il bin Abi Thalib, "Hai Uqa'il, dakilah gunung itu,
dan sampaikanlah salamku kepadanya serta katakan, "Jika padamu ada air, berilah aku minum!"

Uqa'il lalu pergilah mendaki gunung itu dan berkata kepadanya sebagaimana yang telah disabdakan
baginda itu. Maka sebelum ia selesai berkata, gunung itu berkata dengan fasihnya,
"Katakanlah kepada Rasulullah, bahawa aku sejak Allah S.W.T menurunkan ayat yang bermaksud :
("Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu beserta keluargamu dari (seksa) api neraka yang
umpannya dari manusia dan batu)."

"Aku menangis dari sebab takut kalau aku menjadi batu itu maka tidak ada lagi air padaku."

Peristiwa yang ketiga ialah, bahawa ketika Uqa'il sedang berjalan dengan Nabi, tiba-tiba ada seekor
unta yang meloncat dan lari ke hadapan rasulullah, maka unta itu lalu berkata,

"Ya Rasulullah, aku minta perlindungan darimu." Unta masih belum selesai mengadukan halnya, tiba-tiba
datanglah dari belakang seorang Arab kampung dengan membawa pedang terhunus.

Melihat orang Arab kampung dengan membawa pedang terhunus.
Melihat orang Arab kampung itu, Nabi Muhammad S.A.W berkata, "Hendakl mengapakah kamu terhadap
unta itu ?"

Jawab orang kampungan itu, "Wahai Rasulullah, aku telah membelinya dengan harta yang mahal, tetapi dia
 tidak mahu taat atau tidak mau jinak, maka akan kupotong saja dan akan kumanfaatkan dagingnya
(kuberikan kepada orang-orang yang memerlukan)." Rasulullah S.A.W bertanya,
"Mengapa engkau menderhakai dia ?"

Jawab unta itu, "Wahai Rasulullah, sungguh aku tidak menderhakainya dari satu pekerjaan, akan tetapi
 aku menderhakainya dari sebab perbuatannya yang buruk.. Kerana kabilah yang dia termasuk di dalam
 golongannya, sama tidur meninggalkan solat Isya'.

Kalau sekiranya dia mahu berjanji kepada engkau akan mengerjakan solat Isay' itu, maka aku berjanji
tidak akan menderhakainya lagi. Sebab aku takut kalau Allah menurunkan seksa-Nya kepada mereka
sedang aku berada di antara mereka."


Akhirnya Nabi Muhammad S.A.W mengambil perjanjian orang Arab kampung itu, bahawa dia tidak akan
 meninggalkan solat Isya'. Dan baginda Nabi Muhammad S.A.W menyerahan unta itu kepadanya.
Dan dia pun kembali kepada keluarganya.


KISAH BERKAT DI SEBALIK MEMBACA BISMILLAH

    

    Ada seorang perempuan tua yang taat beragama, tetapi suaminya seorang yang fasik dan tidak
mahu mengerjakan kewajipan agama dan tidak mahu berbuat kebaikan.
Perempuan itu sentiasa membaca Bismillah setiap kali hendak bercakap dan setiap kali dia hendak
memulakan sesuatu sentiasa didahului dengan Bismillah. Suaminya tidak suka dengan sikap isterinya dan
sentiasa memperolok-olokkan isterinya.

    Suaminya berkata sambil mengejak, "Asyik Bismillah, Bismillah. Sekejap-sekejap Bismillah."
Isterinya tidak berkata apa-apa sebaliknya dia berdoa kepada Allah S.W.T. supaya memberikan hidayah
kepada suaminya. Suatu hari suaminya berkata : "Suatu hari nanti akan aku buat kamu kecewa dengan
bacaan-bacaanmu itu."

    Untuk membuat sesuatu yang memeranjatkan isterinya, dia memberikan wang yang banyak
kepada isterinya dengan berkata, "Simpan duit ini." Isterinya mengambil duit itu dan menyimpan di tempat
yang selamat, di samping itu suaminya telah melihat tempat yang disimpan oleh isterinya. Kemudian dengan
senyap-senyap suaminya itu mengambil duit tersebut dan mencampakkan beg duit ke dalam perigi di
belakang rumahnya.

    Setelah beberapa hari kemudian suaminya itu memanggil isterinya dan berkata, "Berikan
padaku wang yang aku berikan kepada engkau dahulu untuk disimpan."
Kemudian isterinya pergi ke tempat dia menyimpan duit itu dan diikuti oleh suaminya dengan berhati-hati
dia menghampiri tempat dia menyimpan duit itu dia membuka dengan membaca, "Bismillahirrahmanirrahiim."
Ketika itu Allah S.W.T. menghantar malaikat Jibrail A.S. untuk mengembalikan beg duit dan menyerahkan
duit itu kepada suaminya kembali.

    Alangkah terperanjat suaminya, dia berasa bersalah dan mengaku segala perbuatannya kepada
isterinya, ketika itu juga dia bertaubat dan mula mengerjakan perintah Allah, dan dia juga membaca
Bismillah apabila dia hendak memulakan sesuatu kerja.

kisah perlawanan antara manusia dan iblis

         


    Suami isteri itu hidup tenteram mula-mula. Meskipun melarat, mereka taat kepada perintah
Tuhan. Segala yang dilarang Allah dihindari, dan ibadah mereka tekun sekali. Si Suami adalah seorang
yang alim yang taqwa dan tawakkal.

Tetapi sudah beberapa lama isterinya mengeluh terhadap kemiskinan yang tiada habis-habisnya itu.
 Ia memaksa suaminya agar mencari jalan keluar. Ia membayangkan alangkah senangnya hidup jika
segala-galanya serba cukup.

Pada suatu hari, lelaki yang alim itu berangkat ke ibu kota, mahu mencari pekerjaan. Di tengah perjalanan
is melihat sebatang pohon besar yang tengah dikerumuni orang. Is mendekat. Ternyata orang-orang itu
sedang memuja-muja pohon yang konon keramat dan sakti itu.

 Banyak juga kaum wanita dan pedagang-pedagang yang meminta-minta agar suami mereka setia atau
dagangnya laris.

"Ini syirik," fikir lelaki yang alim tadi. "Ini harus dibanteras habis. Masyarakat tidak boleh dibiarkan
menyembah serta meminta selain Allah." Maka pulanglah dia terburu. Isterinya hairan, mengapa secepat
 itu suaminya kembali.

Lebih hairan lagi waktu dilihatnya si suami mengambil sebilah kapak yang diasahnya tajam. Lantas lelaki
alim tadi bergegas keluar. Isterinya bertanya tetapi ia tidak menjawab. Segera dinaiki keldainya dan
dipacu cepat-cepat ke pohon itu.

Sebelum sampai di tempat pohon itu berdiri, tiba-tiba melompat sesusuk tubuh tinggi besar dan hitam.
Dia adalah iblis yang menyerupai sebagi manusia.

"Hai, mahu ke mana kamu?" tanya si iblis.

Orang alim tersebut menjawab, "Saya mahu menuju ke pohon yang disembah-sembah orang bagaikan
menyembah Allah. Saya sudah berjanji kepada Allah akan menebang roboh pohon syirik itu."

"Kamu tidak ada apa-apa hubungan dengan pohon itu. Yang penting kamu tidak ikut-ikutan syirik seperti
mereka. Sudah pulang sahaja."

"Tidak boleh, kemungkaran mesti dibanteras," jawab si alim bersikap tegas.

"Berhenti, jangan teruskan!" bentak iblis marah.

"Akan saya teruskan!"

Kerana masing-masing tegas pada pendirian, akhirnya terjadilah perkelahian antara orang alim tadi dengan
 iblis. Kalau melihat perbezaan badannya, seharusnya orang alim itu dengan mudah boleh dibinasakan.

Namun ternyata iblis menyerah kalah, meminta-minta ampun. Kemudian dengan berdiri menahan kesakita
dia berkata, "Tuan, maafkanlah kekasaran saya. Saya tak akan berani lagi mengganggu tuan.

Sekarang pulanglah. Saya berjanji, setiap pagi, apabila Tuan selesai menunaikan sembahyang Subuh,
 di bawah tikar sembahyang Tuan saya sediakan wang emas empat dinar. Pulang saja berburu, jangan
teruskan niat Tuan itu dulu,"


Mendengar janji iblis dengan wang emas empat dinar itu, lunturlah kekerasan tekad si alim tadi.
Ia teringatkan isterinya yang hidup berkecukupan. Ia teringat akan saban hari rungutan isterinya.
Setiap pagi empat dinar, dalam sebulan sahaja dia sudah boleh menjadi orang kaya.

Mengingatkan desakan-desakan isterinya itu maka pulanglah dia. Patah niatnya semula hendak
membanteras kemungkaran.

Demikianlah, semnejak pagi itu isterinya tidak pernah marah lagi. Hari pertama, ketika si alim selesai
sembahyang, dibukanya tikar sembahyangnya. Betul di situ tergolek empat benda berkilat, empat dinar
 wang emas. Dia meloncat riang, isterinya gembira. Begitu juga hari yang kedua. Empat dinar emas.

Ketika pada hari yang ketiga, matahari mulai terbit dan dia membuka tikar sembahyang, masih didapatinya
 wang itu. Tapi pada hari keempat dia mulai kecewa. Di bawah tikar sembahyangnya tidak ada apa-apa lagi
 keculai tikar pandan yang rapuh.

Isterinya mulai marah kerana wang yang kelmarin sudah dihabiskan sama sekali.

Si alim dengan lesu menjawab, "Jangan khuatir, esok barangkali kita bakal dapat lapan dinar sekaligus."

Keesokkan harinya, harap-harap cemas suami-isteri itu bangun pagi-pagi. Selesai sembahyang dibuka
 tikar sejadahnya kosong.

"Kurang ajar. Penipu," teriak si isteri. "Ambil kapak, tebanglah pohon itu."

"Ya, memang dia telah menipuku. Akan aku habiskan pohon itu semuanya hingga ke ranting dan
daun-daunnya," sahut si alim itu.

Maka segera ia mengeluarkan keldainya. Sambil membawa kapak yang tajam dia memacu keldainya
menuju ke arah pohon yang syirik itu. Di tengah jalan iblis yang berbadan tinggi besar tersebut sudah
 menghalang. Katanya menyorot tajam, "Mahu ke mana kamu?" herdiknya menggegar.

"Mahu menebang pohon," jawab si alim dengan gagah berani.

"Berhenti, jangan lanjutkan."

"Bagaimanapun juga tidak boleh, sebelum pohon itu tumbang."

Maka terjadilah kembali perkelahian yang hebat. Tetapi kali ini bukan iblis yang kalah, tapi si alim yang
 terkulai. Dalam kesakitan, si alim tadi bertanya penuh hairan, "Dengan kekuatan apa engkau dapat
mengalahkan saya, padahal dulu engkau tidak berdaya sama sekali?"

Iblis itu dengan angkuh menjawab, "Tentu sahaja engkau dahulu boleh menang, kerana waktu itu engkau
 keluar rumah untuk Allah, demi Allah. Andaikata kukumpulkan seluruh belantaraku menyerangmu
 sekalipun, aku takkan mampu mengalahkanmu. Sekarang kamu keluar dari rumah hanya kerana tidak ada
 wang di bawah tikar sejadahmu.

Maka biarpun kau keluarkan seluruh kebolehanmu, tidak mungkin kamu
 mampun menjatuhkan aku. Pulang saja. Kalau tidak, kupatahkan nanti batang lehermu."


Mendengar penjelasan iblis ini si alim tadi termangu-mangu. Ia merasa bersalah, dan niatnya memang
sudah tidak ikhlas kerana Allah lagi. Dengan terhuyung-hayang ia pulang ke rumahnya.
 Dibatalkan niat semula untuk menebang pohon itu. Ia sedar bahawa perjuangannya yang sekarang adalah
tanpa keikhlasan kerana Allah, dan ia sedar perjuangan yang semacam itu tidak akan menghasilkan
apa-apa selain dari kesiaan yang berlanjutan .

Sebab tujuannya adalah kerana harta benda, mengatasi keutamaan Allah dan agama. Bukankah bererti ia
menyalahgunakan agama untuk kepentingan hawa nafsu semata-mata ?

"Barangsiapa di antaramu melihat sesuatu kemungkaran, hendaklah (berusaha) memperbaikinya dengan
 tangannya (kekuasaan), bila tidak mungkin hendaklah berusaha memperbaikinya dengan lidahnya (nasihat),
 bila tidak mungkin pula, hendaklah mengingkari dengan hatinya (tinggalkan). Itulah selemah-lemah iman."

Hadith Riwayat Muslim

kisah wali yang sholat diatas air

                                 KISAH WALI ALLAH YANG SOLAT DI ATAS AIR

    Sebuah kapal yang sarat dengan muatan dan bersama 200 orang temasuk ahli perniagaan
berlepas dari sebuah pelabuhan di Mesir. Apabila kapal itu berada di tengah lautan maka datanglah ribut
petir dengan ombak yang kuat membuat kapal itu terumbang-ambing dan hampir tenggelam.

     Berbagai usaha dibuat untuk mengelakkan kapal itu dipukul ombak ribut, namun semua usaha
mereka sia-sia sahaja. Kesemua orang yang berada di atas kapal itu sangat cemas dan menunggu apa yang
akan terjadi pada kapal dan diri mereka.

    Ketika semua orang berada dalam keadaan cemas, terdapat seorang lelaki yang sedikitpun
tidak merasa cemas. Dia kelihatan tenang sambil berzikir kepada Allah S.W.T. Kemudian lelaki itu turun
dari kapal yang sedang terunbang-ambing dan berjalanlah dia di atas air dan mengerjakan solat di atas air.

    Beberapa orang peniaga yang bersama-sama dia dalam kapal itu melihat lelaki yang berjalan
di atas air dan dia berkata, "Wahai wali Allah, tolonglah kami.
Janganlah tinggalkan kami!" Lelaki itu tidak memandang ke arah orang yang memanggilnya.
Para peniaga itu memanggil lagi, "Wahai wali Allah, tolonglah kami. Jangan tinggalkan kami!"


    Kemudian lelaki itu menoleh ke arah orang yang memanggilnya dengan berkata,
"Apa hal?" Seolah-olah lelaki itu tidak mengetahui apa-apa. Peniaga itu berkata, "Wahai wali Allah,
tidakkah kamu hendak mengambil berat tentang kapal yang hampir tenggelam ini?"

Wali itu berkata, "Dekatkan dirimu kepada Allah."

Para penumpang itu berkata, "Apa yang mesti kami buat?"

Wali Allah itu berkata, "Tinggalkan semua hartamu, jiwamu akan selamat."

    Kesemua mereka sanggup meninggalkan harta mereka. Asalkan jiwa mereka selamat.
Kemudian mereka berkata, "Wahai wali Allah, kami akan membuang semua harta kami asalkan jiwa kami
semua selamat."

Wali Allah itu berkata lagi, "Turunlah kamu semua ke atas air dengan membaca Bismillah."

Dengan membaca Bismillah, maka turunlah seorang demi seorang ke atas air dan berjalan meng hampiri
wali Allah yang sedang duduk di atas air sambil berzikir. Tidak berapa lama kemudian, kapal yang
mengandungi muatan beratus ribu ringgit itu pun tenggelam ke dasar laut.

    Habislah kesemua barang-barang perniagaan yang mahal-mahal terbenam ke laut. Para
penumpang tidak tahu apa yang hendak dibuat, mereka berdiri di atas air sambil melihat kapal yang
tenggelam itu.

Salah seorang daripada peniaga itu berkata lagi, "Siapakah kamu wahai wali Allah?"

Wali Allah itu berkata, "Saya ialah Awais Al-Qarni."

Peniaga itu berkata lagi, "Wahai wali Allah, sesungguhnya di dalam kapal yang tenggelam itu terdapat
harta fakir-miskin Madinah yang dihantar oleh seorang jutawan Mesir."

WaliAllah berkata, "Sekiranya Allah kembalikan semua harta kamu, adakah kamu betul-betul akan
membahagikannya kepada orang-orang miskin di Madinah?"

Peniaga itu berkata, "Betul, saya tidak akan menipu, ya wali Allah."

    Setelah wali itu mendengar pengakuan dari peniaga itu, maka dia pun mengerjakan solat dua
rakaat di atas air, kemudian dia memohon kepada Allah S.W>T agar kapal itu ditimbulkan semula
bersama-sama hartanya.

    Tidak berapa lama kemudian, kapal itu timbul sedikit demi sedikit sehingga terapung
di atas air. Kesemua barang perniagaan dan lain-lain tetap seperti asal. Tiada yang kurang.
Setelah itu dinaikkan kesemua penumpang ke atas kapal itu dan meneruskan pelayaran ke tempat yang
dituju. Apabila sampai di Madinah, peniaga yang berjanji dengan wali Allah itu terus menunaikan janjinya
 dengan membahagi-bahagikan harta kepada semua fakir miskin di Madinah sehingga tiada seorang pun
yang tertinggal. Wallahu a'alam.
Marquee Text - http://www.marqueetextlive.com